MENDESKRIPSIKAN GAMBAR KUCING

Hari Rabu, tanggal 16 November, saya menggambar sebuah kucing untuk dijadikan tiket masuk ke-2 Matematika. Saya memilih gambar kucing karena kucing sangat imut dan juga lucu. Pertama kali saya sangat bingung ingin gambar apa, tapi saya melihat seorang kucing. Lalu, saya terpikir ingin menggambar kucing saja, walaupun memang tidak begitu mirip dengan yang ada dalam kenyataannya. Kucing disebut juga kucing domestik atau kucing rumah (nama ilmiah: Felis silvestris catus atau Felis catus) adalah sejenis mamalia karnivora dari keluarga Felidae. Kata “kucing” biasanya merujuk kepada “kucing” yang telah dijinakkan, tetapi bisa juga merujuk kepada “kucing besar” seperti singa dan harimau. kucing adalah hewan mamalia berkaki empat dan berambut.

Kucing merupakan hewan karnivora, kucing memiliki indra penglihatan yg sangat tajam. kucing menjadi hewan peliharaan favorit karena ia imut, lucu dan menggemaskan. Mereka penasaran dan suka dipeluk oleh manusia. Kucing berbeda antara satu dengan lainnya. Misalnya, ada kucing yang banyak mengeong, ada yang diam. Beberapa kucing memiliki bulu tebal yang panjang, sementara yang lain memiliki bulu yang sangat pendek, hampir tidak ada. Kucing telah berbaur dengan kehidupan manusia paling tidak sejak 5.000 tahun SM, dengan ditemukannya kerangka kucing di Pulau Siprus.

Sejak zaman 3.500 SM, orang Mesir Kuno telah menggunakan kucing untuk menjauhkan tikus atau hewan pengerat lain dari lumbung yang menyimpan hasil panen. Saat ini, kucing adalah salah satu hewan peliharaan terpopuler di dunia. Kucing yang garis keturunannya tercatat secara resmi sebagai kucing trah atau galur murni (pure breed), seperti persia, siam, manx, dan sphinx. Kucing seperti ini biasanya dibiakkan di tempat pemeliharaan hewan resmi. Jumlah kucing ras hanyalah 1% dari seluruh kucing di dunia, sisanya adalah kucing dengan keturunan campuran seperti kucing liar atau kucing kampung. kadang-kadang diklasifikasikan sebagai upaspesies kucing liar, seperti varietas Afrika Utara F. s. lybica. Dibandingkan dengan anjing, kucing tidak mengalami perubahan besar selama proses domestikasi, karena bentuk dan perilaku kucing domestik tidak secara radikal berbeda dari kucing liar dan kucing domestik sangat mampu bertahan di alam liar.

Kucing rumah yang sepenuhnya dijinakkan sering kawin silang dengan populasi F. catus liar. Evolusi terbatas selama domestikasi ini berarti bahwa hibridisasi dapat terjadi dengan banyak Felidae lainnya, terutama kucing leopard Asia. Beberapa perilaku alami dan karakteristik kucing liar mungkin telah memengaruhi mereka untuk didomestikasi sebagai hewan peliharaan. Karakter ini termasuk ukuran kecil, sifat sosial, bahasa tubuh yang jelas, suka bermain dan kecerdasan relatif tinggi. Beberapa spesies Felidae kecil mungkin memiliki kecenderungan bawaan terhadap kejinakan. Kucing memiliki hubungan mutualistik atau komensal dengan manusia. Dua teori utama diberikan tentang bagaimana kucing didomestikasi. Dalam satu teori, orang sengaja menjinakkan kucing dalam proses seleksi buatan karena mereka adalah predator dari hama. Ini telah dikritik sebagai tidak masuk akal, karena hadiah untuk usaha seperti itu mungkin terlalu sedikit; kucing umumnya tidak melaksanakan perintah dan meskipun mereka makan hewan pengerat, spesies lain seperti ferret atau terrier mungkin lebih baik dalam mengendalikan hama-hama ini. Ide alternatif adalah bahwa kucing hanya ditoleransi oleh orang-orang dan secara bertahap menyimpang dari kerabat liar mereka melalui seleksi alam, karena mereka menyesuaikan dengan berburu hama yang ditemukan di sekitar manusia di kota dan desa.

Kucing peliharaan atau kucing rumah adalah salah satu predator terhebat di dunia. Kucing ini dapat membunuh atau memakan beberapa ribu spesies, kucing besar biasanya kurang dari 100. Tetapi karena ukurannya yang kecil, kucing tidak begitu berbahaya bagi manusia. Satu-satunya bahaya yang dapat timbul adalah kemungkinan terjadinya infeksi rabies akibat gigitan kucing dan juga cakaran dari kuku kucing yang sangat tajam dan menyakitkan. Kucing dapat berakibat fatal bagi suatu ekosistem yang bukan tempat tinggal alaminya. Pada beberapa kasus, kucing berperan atau menyebabkan kepunahan. Kucing menyergap dan melumpuhkan mangsa dengan cara yang mirip dengan singa dan harimau, menggigit leher mangsa dengan gigi taring yang tajam sehingga melukai saraf tulang belakang atau menyebabkan mangsa kehabisan napas dengan merusak tenggorokan.

Kucing dianggap sebagai “karnivora yang sempurna” dengan gigi dan saluran pencernaan yang khusus. Gigi premolar dan molar pertama membentuk sepasang taring di setiap sisi mulut yang bekerja efektif seperti gunting untuk merobek daging. Meskipun ciri ini juga terdapat pada famili Canidae atau anjing, tetapi ciri ini berkembang lebih baik pada kucing. Tidak seperti karnivora lain, kucing hampir tidak makan apapun yang mengandung tumbuhan. Beruang dan anjing kadang memakan buah, akar, atau madu sebagai suplemen jika ada, sementara kucing hanya memakan daging, biasanya buruan segar. Dalam penangkaran, kucing tidak dapat diadaptasikan dengan makanan vegetarian karena mereka tidak dapat mensintesis semua asam-asam amino yang mereka butuhkan hanya dengan memakan tumbuhan; berbeda dengan anjing peliharaan, yang sering diberi makan produk campuran daging dan sayuran dan kadang dapat beradaptasi dengan makanan vegetarian secara total. Meskipun memiliki reputasi sebagai hewan penyendiri, kucing biasanya dapat membentuk koloni liar tetapi tidak menyerang dalam kelompok seperti singa.

Setiap kucing memiliki daerahnya sendiri (jantan yang aktif secara seksual memiliki daerah terbesar, sedang jantan steril memiliki daerah paling kecil) dan selalu terdapat daerah “netral” di mana para kucing dapat saling mengawasi atau bertemu tanpa adanya konflik teritorial atau agresi. Di luar daerah netral ini, penguasa daerah biasa akan mengejar kucing asing, diawali dengan menatap, mendesis, hingga menggeram, dan bila kucing asing itu tetap tinggal, biasanya akan terjadi perkelahian singkat. Kucing yang sedang berkelahi menegakkan rambut tubuh dan melengkungkan punggung agar mereka tampak lebih besar. Serangan biasanya terdiri dari tamparan di bagian wajah dan tubuh dengan kaki depan yang kadang disertai gigitan. Luka serius pada kucing akibat perkelahian jarang terjadi karena pihak yang kalah biasanya akan lari setelah mengalami beberapa luka di wajah. Jantan yang aktif biasanya sering terlibat banyak perkelahian sepanjang hidupnya. Hal ini tampak pada berbagai luka di bagian wajah, seperti hidung atau telinga.

Kucing betina kadang juga terlibat perkelahian untuk melindungi anak-anaknya bahkan kucing steril pun akan mempertahankan daerah kecilnya dengan gigih. Melihat dari perilaku kucing yang ada saat ini, kucing liar yang merupakan nenek moyang kucing peliharaan diperkiraan berevolusi pada iklim gurun. Kucing senang dengan suasana hangat dan sering tidur di bawah hangatnya sinar matahari. Kotorannya biasanya kering dan kucing lebih suka menguburnya di tempat berpasir. Kucing dapat mematung, tidak bergerak cukup lama terutama ketika sedang mengintai mangsa atau bersiap untuk menerkam. Di Afrika Utara masih ditemukan kucing liar yang mungkin berkerabat dekat dengan nenek moyang kucing peliharaan saat ini. Karena memiliki kekerabatan yang dekat dengan binatang gurun, ketahanan kucing terhadap panas dan dinginnya iklim daerah subtropis agak terbatas. Kucing tidak tahan terhadap kabut, hujan, dan salju, meskipun ada beberapa jenis seperti Norwegian Forest Cat dan Maine Coon yang mampu bertahan; dan berusaha mempertahankan suhu tubuh normalnya, yaitu 39°C, dalam keadaan basah. Kebanyakan kucing tidak suka berendam dalam air, kecuali jenis Turkish Van.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *