SEPUCUK SURAT MENJELANG UJIAN

Risma menyantap pelan menu sarapannya sambil
melamun. Hari ini adalah hari pertama ujian akhir
siswa kelas 6. Risma sudah siap untuk menghadapi
soal-soal ujiannya. Ia sudah belajar dengan tekun
selama beberapa bulan menjelang ujian akhirnya. Ia
ingin mengakhiri jenjang sekolah dasarnya dengan
baik.

Risma seorang siswa yang cemerlang. Pekerjaan
sekolahnya selalu dapat diselesaikannya dengan
sangat baik. ia seorang siswa yang tekun dan selalu
mempersiapkan dirinya dengan baik.Tetapi, pagi ini ia
tampak gelisah. Dihari yang menurutnya penting
karena ia akan menghadapi ujian akhirnya, ỉa merasa
kecewa karena ayah dan ibunya tidak bersamanya.
Kedua orang tuanya sedang bertugas di luar kota,
sehingga tidak dapat menemaninya dan memberikan
dukungan kepadanya untuk menghadapi ujiannya. Ia
mulai membandingkan dirinya dengan beberapa
temannya yang akan ditemani orang tuanya selama
ujian akhir ini. Sedangkan orang tuanya tidak
bersamanya saat ini. Risma tahu bahwa kedua orang
tuanya sangat mendukungnya selama ini, namun
tetap saja ia merasa kecewa.

Tiba-tiba lamunan Risma dibuyarkan oleh tepukan di
bahu oleh kak dini, “Dik, ini ada titipan surat dari
ayah dan ibu untukmu. Sebelum ayah dan ibu
berangkat keluar kota kemarin, mereka berpesan
kepada kakak untuk memberikan ini kepadamu saat

sarapan sebelum berangkat ujian. Dibaca sekarang ya,
Dik. Kakak harus berangkat lebih pagi hari ini,” Kata
kak dini sambil bergegas berangkat sekolah.

“Surat? Mengapa ayah dan ibu menitipkan surat
untukku?” tanya Risma dalam hati. Perlahan
dibukanya lipatan surat itu. Risma menyimak setiap
kata yang ditulis rapi oleh ibunya.

Risma tercinta ,
Mudah-mudahan Risma selalu ingat bahwa ujian
apapun yang Risma hadapi tidak pernah
menitikberatkan pada hasilnya.
Hakikat ujian adalah mengukur daya juang kita.
Seberapa besar mau bersusah payah mempersiapkan
diri?
Seberapa kita rela kita mengorbankan hal-hal
menyenangkan demi memprioritaskan persiapannya?
Seberapa besar kita melibatkan Tuhan dalam usaha
kita?
Para guru dapat menyiapkan materinya,
Ayah dan ibu dapat menemanimu berlatih,
Tuhan menganugerahimu dengan bakat dan
kecerdasan.
Namun, hanya Risma sendiri yang dapat membangun
niat untuk berjuang.

Hanya Risma yang mengetahui apakah usaha
yang diberikan sudah maksimal.
Hasil tidak pernah menjadi urusan dan porsi kita, Nak.
Sesungguhnya Tuhanlah yang memegang “Kunci
jawaban” dari semua ujian yang ada di semesta ini.
Tuhan hanya ingin tahu, Apakah kamu membuat
pilihan yang tepat untuk menghadapinya. Cara apa
saja yang ditempuh untuk menghadapinya.
Seberapa gigih usahamu, seberapa kamu memohon
pertolongannya untuk menghadapi ujian ini.
Selamat menempuh ujian sekolah, Nak.
Ini hanya salah satu ujian dari sekian banyak ujian
yang kamu hadapi kelak dalam kehidupan mu.
Terima kasih atas kerja keras dan keturunanmu untuk
mempersiapkannya.
Ayah dan ibu bangga karena kamu tidak pernah
mengeluh untuk mempersiapkan dan menghadapinya.
Tuhan akan selalu bersamamu, demikian juga dengan
ayah dan ibu.
Salam sayang
Ayah dan ibu

Risma mengusap air mata yang mengalir di pipinya.
Iya tidak lagi merasa gundah dan gelisah. Ia kini
merasa terharu dan bangga terhadap ayah dan
ibunya. Ia kini mengerti bahwa bukan kehadiran fisik
ayah ibu yang ia butuhkan, tetapi cinta dan doa dari

kedua orang tuanya yang ia inginkan. Dan ia
mendapatkan nya.

Risma segera melipat surat dari orang tuanya itu dan
memasukkannya ke dalam tasnya. Setelah menghela
nafas panjang, ia segera bergegas menyelesaikan
sarapannya dan bersiap berangkat ke sekolah untuk
menghadapi ujian sekolah hari ini. Senyum menghiasi
wajahnya.

“Terima kasih, Ayah dan ibu, untuk semua cinta dan
doamu,” ujarnya dalam hati. Dan ia pun melangkah
mantap menghadapi ujian nya.

TERIMA KASIH TELAH MEMBACA
OLEH: HANNI DARWANTI

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *